RSS

Tag Archives: tilawah

Adab dan Etika Tilawah : Menghadap Ke Arah Kiblat

Diutamakan bagi pembaca Al Qur’an di luar sembahyang supaya menghadap kiblat. Hal ini telah banyak disebut dalam beberapa hadits: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.”

Hendaklah dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling sempurna. Diharuskan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang dari yang pertama.

 Image

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi…” (QS Ali-Imran 3:190-191)

Diriwayatkan dalam Shahih dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, katanya: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersandar di pangkuanku ketika aku sedang haid dan beliau membaca Al Qur’an.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

Dalam suatu riwayat: “Beliau membaca Al Qur’an sedang kepalanya berada dipangkuanku.”

Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anh, katanya: “Aku membaca Al Qur’an dalam sembahyangku dan membacanya di atas tempat tidurku.”

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anh, katanya: “Sungguh aku membaca hizibku ketika aku berbaring di atas tempat tidurku.”

Imam An Nawawi

sumber : Fimadani.com

 
Leave a comment

Posted by on 24 September 2013 in Tilawah

 

Tags: , ,

6 Sikap Muslim untuk Memuliakan Diri dengan Al Quran

Di dalam hadist riwayat Imam Bukhari, Rasul bersabda, “Dan sebaik-baik diantara kalian ialah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.”

Kita sebagai Muslim wajib menyadari kewajiban kita sebagai muslim, terutama kepada Al Quran. Al Quran itu sebagai petunjuk bagi manusia, telah dijelaskan dalam Al Quran.

Ada tiga kriteria pada orang Islam : muslim, baligh, akil. Orang Islam dengan tiga kriteria tersebut wajib membaca Al Quran. Selama masih ada tiga kriteria tersebut, maka beban hukum (taklif) dibebankan kepadanya. Kewajiban kita terhadap Al Quran melekat pada diri kita selama kita memilliki tiga muwashafat tadi.

 Image

Lalu ada 6 T sikap yang harus kita lakukan untuk memuliakan Al Quran :

1. Tasdiq

Tasdiq artinya mengimani atau membenarkan.

Yaitu setiap ayat/wahyu Allah dalam Al Quran, wajib kita imani dan tidak boleh ada keraguan sedikitpun.Didalam Albaqarah telah Allah jelaskan bahwa kita Al Quran ini tidak ada keraguan padanya (Al Baqarah :2)

2. Tilawah dengan baik dan benar.

Secara hukum adalah wajib.

Di dalam Al Quran Allah berfirman yang artinya, “Bacalah Al Quran dengan tartil.”

Tartil maksudnya yaitu membaca dengan tajwid dan mengetahui kaidah-kaidah waqaf.Satu alasannya yaitu karena Al Quran berbahasa Arab.Allah menjelaskan bahwa membaca Al Quran dengan tajwid itu hukumnya wajib dan siapa yang tidak membetulkan bacaan Al Quran, maka ia berdoa karena Allah menurunkan Al Quran dengan tajwid dan dengan tajwid itu Al Quran sampai.

Untuk menjalan kewajiban tersebut, semuanya butuh proses.

3. Tadabbur

Tadabbur adalah mengkaji, memahami, dan mempelajari isinya

Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu yang diberkahi supaya ditadabburi ayat-ayatnya dan diambil ulul albab.”

Dalam tafsir, Ulul Albab diterjemahkan sebagai orang yang memiliki akal sehat.

Atau didalam Al Quran, pada surah yang lain Allah berfirman yang artinya : Tidakkah mereka mentadabburi Al Quran atau dihatinya ada penutupnya.

Al Quran itu diturunkan dalam bahasa Arab ialah supaya kita mempelajarinya dan berfikir.Untuk itu, kita dianjurkan belajar bahasa Arab agar bisa mentadabburi Al Quran

4. Takdiq

Maksudnya adalah mengamalkan.

Al Quran harus dijadikan sebagai petunjuk, pedoman hidup kita. Untuk itu, harus diamalkan dalam kehidupan kita.

5. Tabligh

Yaitu mendakwahkannya.

Seperti dalam hadits Rasulullah yang artinya : Dan sebaik-baik di antara kalian adalah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.

Kalimat jihad di dalam Al Quran yang diikuti fii sabilillah itu artinya perang. Tapi jika tidak diikuti fii sabilillah, maka artinya secara umum yaitu sungguh-sungguh termasuk sungguh-sungguh dalam berdakwah.

6. Tahfizh

Artinya, menghafalkannya.

Menghafal secara keseluruhan hukumnya fardhu kifayah.Namun sebagian, hukumnya fardhu ain. Sesungguhnya orang yang didadanya tidak ada hafalan Al Quran, maka dia seperti rumah yang rusak/roboh.

Orang Arab terkenal dengan hafalan Al Qurannya, sekali dengar langsung hafal.Maka suatu kemuliaan jika kita merupakan salah satu dari orang yang turut menjaganya.

Kewajiban yang 6 tersebut tidak untuk dibanding-bandingkan, namun dilakukan, bukan hanya salah 1 yang wajib dikerjakan.Selain itu, sangat banyak sekali fadhilah (keutamaan) kita mempelajari Al Quran karena dalam beramal, kita perlu memahami kewajibannya, keutamaannya, dan diikuti dengan rasa penuh harap (roja’) serta harus memahami ancaman apabila mengabaikannya dan dengan rasa takut (khouf).

Hal yang penting lainnya yaitu kita perlu memahami keistimewaan Al Quran, dan tidak melupakan fadhilahnya karena memang sangat mudah sekali mengabaikannya jika tidak mengetahui dua hal tersebut.

Nabi Muhammad bersabda yang artinya, “Bacalah Al Quran karena yang akan datang di hari kiamat sebagai penolong adalah Al Quran.”

Semakin bagus interaksi kita dengan Alqur’anul karim maka semakin tinggi kedudukan kita di sisi Allah.Lalu Allah menjelaskan bahwa barangsiapa yang baik, bagus pemahamannya, bacaannya, pengamalannya terhadap Al Quran maka di akhirat nanti akan berada di kedudukan tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya nanti.

Agar kita termotivasi untuk mempelajari Al Quran, maka ingatlah janji Allah dan Rasulnya, pasti benar karena tidak ada janji yang paling baik dan benar selain janji Allah dan Rasul-Nya.Yang penting dari kita ialah memulai, tidak mencari alibi untuk menjauh dari Al Quran.Lalu yang penting dari kita sebagai seorang muslim itu, sebaiknya membaca Al Quran itu setiap hari.Selain itu, supaya kita lebih termotivasi untuk rutin membaca Al Quran, bisa mencari hal-hal lain yang bisa membuat kita semangat untuk belajar Al Quran, seperti mendengarkan murattal, mendengarkan orang lain, dan lain-lain.

Ustadz Arham bin Ahmad Yasin, Lc. MH

Dirangkum dari Kajian iSource Edisi III Salam UI, 19 April 2013, Mesjid Ukhuwah Islamiyah

dari fimadani

 

Tags: , , ,

Mempercantik Ibadah Dengan Sunnah Sujud Tilawah

كَانَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَيَقْرَأُ سُورَةً فِيهَا سَجْدَةٌ فَيَسْجُدُ وَنَسْجُدُ مَعَهُ حَتَّى مَا يَجِدُ بَعْضُنَا مَوْضِعًا لِمَكَانِ جَبْهَتِهِ

Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Image

Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an.

Terdapat 15 ayat sajdah di dalam Al Quran, yaitu :

  1. Al A’raf : 206
  2. Ar Ra’du : 15
  3. An Nahl : 50
  4. Al Isra : 109
  5. Maryam : 58
  6. Al Hajj : 18
  7. Al Hajj : 57
  8. Al Furqan : 60
  9. An Naml : 26
  10. As Sajdah : 15
  11. Sad : 24
  12. Fushilat : 38
  13. An Najm : 62
  14. Al Insyiqaq : 21
  15. Al Alaq : 19

Keutamaan Sujud Tilawah 

1. Dijauhi oleh syetan sambil menangis

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ – وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى – أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ

Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, diapun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)

2. Diharamkan neraka kepada bekas sujud kita

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرْحَمَهُ مِمَّنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَيَعْرِفُونَهُمْ فِى النَّارِ يَعْرِفُونَهُمْ بِأَثَرِ السُّجُودِ تَأْكُلُ النَّارُ مِنِ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُودِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ.

Hingga Allah pun menyelesaikan ketentuan di antara hamba-hamba-Nya, lalu Dia menghendaki dengan rahmat-Nya yaitu siapa saja yang dikehendaki untuk keluar dari neraka. Dia pun memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. Termasuk di antara mereka yang Allah kehendaki adalah orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’. Para malaikat tersebut mengenal orang-orang tadi yang berada di neraka melalui bekas sujud mereka. Api akan melahap bagian tubuh anak Adam kecuali bekas sujudnya. Allah mengharamkan bagi neraka untuk melahap bekas sujud tersebut.” (HR. Bukhari no. 7437 dan Muslim no. 182)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata, “Ketika Nabi Muhammad Saw, membacakan surah yang mengundang ayat sajdah di hadapan kami, beliau langsung sujud dan kami pun sujud pula sehingga ada yang tidak mendapat tempat untuk sujud, “(HR Bukhari, dan Imam Ahmad)

3. Mengangkat satu derajat dan juga menghapuskan satu kesalahan

Dalam shahih Muslim, An Nawawi menyebutkan sebuah Bab “Keutamaan sujud dan dorongan untuk melakukannya”. Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia ditanyakan oleh Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai di sisi Allah. Tsauban pun terdiam, hingga Ma’dan bertanya sampai ketiga kalinya. Kemudian Tsauban berkata bahwa dia pernah menanyakan hal ini pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

Perbanyaklah sujud kepada Allah. Sesungguhnya jika engkau bersujud sekali saja kepada Allah, dengan itu Allah akan mengangkat satu derajatmu dan juga menghapuskan satu kesalahanmu”.

4. Mendekatkan kita dengan Rasulullah di surga

Hadits lainnya yang menceritakan keutamaan sujud yaitu hadits Robi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy. Dia menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai amalan yang bisa membuatnya dekat dengan beliau di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana hukum sujud tilawah?

Menurut Ats Tsauri, Abu Hanifah, salah satu pendapat Imam Ahmad, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sujud tilawah itu wajib.

Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama yaitu Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i, Al Laitsi, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Daud dan Ibnu Hazm, juga pendapat sahabat Umar bin Al Khattab, Salman, Ibnu ‘Abbas,  ‘Imron bin Hushain, mereka berpendapat bahwa sujud tilawah itu sunnah dan bukan wajib.

Dalil ulama yang menyatakan sujud tilawah adalah wajib, yaitu firman Allah Ta’ala,

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ

“Mengapa mereka tidak mau beriman? dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.” (QS. Al Insyiqaq: 20-21). Para ulama yang mewajibkan sujud tilawah beralasan, dalam ayat ini terdapat perintah dan hukum asal perintah adalah wajib. Dan dalam ayat tersebut juga terdapat celaan bagi orang yang meninggalkan sujud. Namanya celaan tidaklah diberikan kecuali pada orang yang meninggalkan sesuatu yang wajib.

Yang lebih tepat adalah sujud tilawah tidaklah wajib, namun sunnah (dianjurkan). Dalil yang memalingkan dari perintah wajib adalah hadits muttafaqun ‘alaih (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata,

قَرَأْتُ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ( وَالنَّجْمِ ) فَلَمْ يَسْجُدْ فِيهَا

Aku pernah membacakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam surat An Najm, (tatkala bertemu pada ayat sajadah dalam surat tersebut) beliau tidak bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bukhari membawakan riwayat ini pada Bab “Siapa yang membaca ayat sajadah, namun tidak bersujud.”

Dalil lain yang memalingkan dari perintah wajib adalah perbuatan Umar bin Khattab dan perbuatan beliau ini tidak diingkari oleh para sahabat lainnya ketika khutbah Jum’at.

Pada hari Jum’at Umar bin Khattab pernah membacakan surat An Nahl hingga sampai pada ayat sajadah, beliau turun untuk sujud dan manusia pun ikut sujud ketika itu. Ketika datang Jum’at berikutnya, beliau pun membaca surat yang sama, tatkala sampai pada ayat sajadah, beliau lantas berkata,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ

Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak bersujud, dia tidak berdosa.” Kemudian ‘Umar pun tidak bersujud. (HR. Bukhari no. 1077)

Dari sinilah Ibnu Qudamah mengatakan bahwa hukum sujud tilawah itu sunnah (tidak wajib) dan pendapat ini merupakan ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat). (Lihat Al Mughni, 3/96)

referensi :

rumaysho.com

 
Leave a comment

Posted by on 4 August 2013 in Tilawah

 

Tags: , , ,

Ramadhan Perlahan Habis, Semangat Tilawah Kian Menipis

Astaghfirullah, sepuluh hari awal Ramadhan tlah berlalu..
Bagaimana kabar iman kawanku?

Masihkah ia membara

Sembari charging ruhiyah intensif yang tiada tara?

Ataukah ia melemah

Termakan waktu nan semangat semu di ujung saja?

Ayo bangkit

Keluar dari zonamu dan perbanyak mimpi tuk dirakit

396271169_dsc_0257-version-2

-Sahabat, kemarin admin berkesempatan mendengar ceramah Ust Salim A. Fillah di Majelis Jejak Nabi Bandung. Dan apa yang dituliskan hari ini adalah sebagian kecil dari apa yang beliau sampaikan pada kajian tersebut, khususnya tentang menjaga ibadah. Namun afwan saya lupa nama ulama yang ceritanya beliau kutip, dan saya ceritakan dalam artikel ini. – M Faizal Ramadhan

 

Sejatinya, ruh itu akan rindu kepada rumahnya. Sebagaimana jasad yang mengalami hal serupa. Dimanakah rumah jasad? Bumilah tempatnya. Dan dimanakah rumah dari ruh? Surga. Itulah sebaik-baik tempat kembalinya.

Maka ketahuilah, sang jasad akan menggerakkan diri kita untuk senantiasa mencintai dunia, berlama-lama dengan kegemilangan yang ada, hingga nantinya ia menyatu kembali dengan bumi.

Sementara ruh, ianya sangat rindu kepada rumahnya. Karena ia disanalah bisa bersua dengan Allah. Maka ianya ingin sesegera mungkin kembali kepada-Nya. Namun sang jasad tadi mencegahnya. Lalu timbulah ketidakstabilan antara keinginan jasad yang terpenuhi dan ruh yang “galau”.

Untuk mengobatinya, ruh akan senang bila bisa berkomunikasi dengan pencipta-Nya. Lewat apa? Lewat kalamallah, Al Quran. Maka tak heran apabila hati kita benar-benar bersih, ruh kita akan sehat dan kita tidak akan pernah kenyang berinteraksi dengan Al Quran

Poin pertama dari cerita tersebut, ketika semangat kita menipis, boleh jadi hati kita sedang kotor. Mari bersihkan. Istighfar. Muhasabah. Dan segera berbenah.

Lalu bagaimana bila kita belum bisa menikmati tilawah? Tilawatil Quran, dan ibadah lainnya tentu kita sudah mengetahui keutamaannya. Namun tetap, rasanya jemu, bosan, monoton. Apakah perlu libur dulu tilawahnya?

Ketahuilah sahabat, ibadah kita hanya bisa dinikmati dengan iman. Ketika iman sedang melemah, menghindari ibadah justru akan menjatuhkan kualitas keimanan kita.

Rasulullah bersada ” Al imaanu yazidu wa yankus ” artinya iman itu  naik dan turun, berarti Nabi Muhammad pun tidak mengingkari keadaan iman yang  seperti  itu. Oleh karenanya,  beliau mendorong  dan memberi  arahan kepada kaum Muslim untuk selalu memperbaharui dan menjaga kondisi  iman supaya  jangan sampai turun drastis, yang pada akhirnya akan  menghantarkan ke dalam jurang kehinaan. Karena dengan kondisi tersebut, akan mudah mengantarkan seseorang berbuat dosa.

Seorang ulama mengatakan, perbaharui iman bisa dengan pemaknaan-pemaknaan yang dibangun dalam diri kita. Tentunya ilmu yang kita dapat, bukan hanya asal diketahui saja, namun juga ditelaah dan ditadabburi.

Poin kedua : Ketika tilawah, yuk mari sesekali baca artinya. Bahkan kalau ada tafsirnya. Al Quran mengandung berbagai kisah, motivasi, petuah yang luar biasa untuk kita terus dalami.

Image

Itulah dua tips sementara yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat.
Jazakumullah khairan katsiro

 
 

Tags: , , , , ,

Keutamaan Memperindah Bacaan Al Quran

Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara indah dan merdu. Beliau memang tidak bisa baca, dan tulis, dan langsung belajar Al Quran secara talaqqi dari Malaikat Jibril. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Pantaslah ketika dahulu para sahabat berjamaah dengan Rasul, ayat-ayat yang panjang tidak menyurutkan mereka untuk tetap setia mengisi shaf yang ada.

Para sahabat juga memiliki minat yang besar terhadap ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari. Pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.

Sahabat, masih ingatkah dengan kisah keislaman Umar bin Khattab? Umar bin khattab masuk islam karena jatuh cinta dengan ketinggian dan keindahasan bahasa al qur an, Abu sofyan dan abu jahal yang sebegitu membenci umat islam sering secara diam diam mendengarkan lantunan al quran yang dibaca oleh Rasulullah. Tahukah kita bahwa betapa banyak orang orang non muslim yang menjadi muallaf karena senang mendengar adzan. Lalu kenapa kita tidak menggunakan bahasa surga ini untuk menggugah kesadaran orang lain dari alam bawah sadar mereka?

  • Image

Berikut adalah beberapa hadist keutamaan memperindah bacaan Al Quran. Semoga makin memberikan kita semangat untuk memperindah bacaan kita. Dimulai dari dasar, belajar ilmu tajwid sembari memperlancar, kemudian memperindahnya.

1. “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara bagus itu akan menambahkan keindahan bagi Al-Qur’an.” (HR. Imam Hakim)

2. Dari Abu Lubabah yaitu Basyir Ibn Abdul Mundzir ra. bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Barangsiapa tidak melagukan al-Quran, maka ia tidak termasuk golongan kami.

(HR Abu Daud dengan sanad yang baik)Makna: yataghanna atau bertaghanni ialah memperbaguskan suaranya ketika membaca al-Quran . Hadis sahih, diriwayatkan oleh Abu Daud, hadis no. 1258.

3. Dari Abu Hurairah ra. yang berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Allah tidak pernah mengizinkan sesuatu seperti mengizinkan seorang Nabi yang memiliki suara yang indah untuk melagukan al-Qur’an dan mengeraskan suaranya.’ (Muttafaq ‘alaih)

Dikatakan oleh para alim ulama: Bahwa sabda Nabi saw. : Yajharu bihi artinya: Memperkeraskan suara dalam membaca al-Quran ini adalah sebagai penjelasan dari bersabda : ‘yataghanna yakni bertaghanni dari kata ghina’.’ Makna: adzinallahu yakni mendengarkan. Ini sebagai tanda keredhaan dan diterima.Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 4635, 4636, 6928, 6973 dan 6989; Muslim, hadis no. 1318 – 1320; Abu Daud, hadis no. 1259; al-Nasa’i, hadis no. 1007 dan 1008; Ahmad, hadis no. 7346, 7498 dan 9429; al-Darimi, hadis no. 3354, 3355 dan 3361.

4. “Sungguh Allah Swt. lebih serius mendengarkan seorang pembaca al-Qur’an dengan suara merdu daripada seorang pemilik biduan perempuan mendengar nyanyian biduannya.” (H.R. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Imam Hakim dari Fudhalah bin Ubaid).

5. Dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada orang  yang membaca Al Qur’an: Baca, tingkatkan dan perindah bacaanmu sebagaimana kamu memperindah urusan di dunia, sesungguhnya kedudukanmu pada akhir ayat yang engkau baca.”(Riwayat Abu Daud dan Tirmizi, beliau berkata: Hadits ini hasan sahih)

6. Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi Muhammad saw. bersabda, “Yang paling layak mengimami kaum dalam shalat adalah mereka yang paling fasih membaca Al Qur’an.(Riwayat Muslim)

 

 

oleh M. Faizal Ramadhan

 
 

Tags: , , ,

Membagi Prioritas Interaksi Dengan Al Quran Selama Ramadhan

Dalam berinteraksi dengan Al Quran, mungkin sesekali dijumpai beberapa perbedaan prioritas masing-masing pribadi khususnya selama Ramadhan.

Ada dari kita yang merasa cukup tilawah dengan target beberapa kali khatam sebagai target. Ada yang memilih memperbanyak hafalan.  Ada yang merasa cukup dengan mengikuti kajian kequranan sebagai media tadabbur. Dan bahkan ada yang merasa cukup mengamalkan Al Quran dalam keseharian yang ia ketahui saja. Lantas manakah jenis interaksi yang utama?

Tahukah kawan, prioritas dalam interaksi dengan Al Quran bukanlah memilih satu dan mengemsampingkan yang lain. Karena memilih satu akan memiliki kesan menyukai satu jenis cara dan membenci yang lain.

Image
Setiap jenis interaksi dengan Al Quran, memiliki hikmahnya masing-masing.

Tidaklah mungkin kita bisa menghafal bila tak terbiasa membaca. Kecuali bagi yang mengandalkan indera pendengaran dalam menghafal, dan itu juga hanya jarang orang yang bisa menghafal tanpa ada proses membacanya. Bagaimana bisa mengerti maknanya untuk kemudian dilakukan dalam keseharian jika tidak sama sekali memiliki hafalan atau pengetahuan tentangnya?

Itulah mengapa bahwa tilawah, menghafal, tadabbur, hingga implementasi adalah hal yang memiliki satu keterikatan sama lain. Tidak bisa hanya dipilih salah satu. Semuanya harus menjadi target bagi kita dengan keutamaan yang ada di masing-masing.

Lalu bagaimana mensiasati dengan waktu selama Ramadhan ini yang tidak panjang?

Dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan. Akan tetapi kemudian mereka berkata, “Ya Rasulullah, kami ini tidak sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga terlihat tanda kemarahan di wajahnya. Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan yang mengetahui tentang Allah diantara kamu sekalian adalah aku.” (H.R. Bukhari)

Dijelaskan dalam hadist Apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan. Inilah kebiasaan Rasulullah SAW dalam memerintah para sahabat untuk beramal. Dan inilah tuntunan Islam. Bahwa seorang muslim tidak dianjurkan memperberat diri dalam beribadah.

Karena itu kita dapati hadits lain yang membatasi amal sunnah agar tidak memberatkan umat Islam. Misalnya tilawah Al-Qur’am maksimal khatam satu kali dalam tiga hari. Tidak boleh lebih cepat dari itu. Puasa sunnah dibatasi yang paling tinggi adalah puasa daud, satu hari puasa satu hari tidak. Tidak boleh berpuasa terus menerus. Demikian pula untuk shalat malam disunnahkan agar tetap memiliki waktu istirahat, tidak shalat terus-menerus sepanjang malam.

Dalam hadist tersebut, Rasulullah marah dengan jawaban para sahabat. Bukan karena argumennya bahwa amal ibadah bisa mendatangkan ampunan dari Allah, tetapi karena Rasulullah mengkhawatirkan jika mereka justru tidak mampu istiqamah dan terus menerus beramal seandainya amal yang diperintahkan itu lebih berat. Juga agar umat Islam sepanjang generasi mencukupkan diri dengan sunnah.

Lalu bagaimanakah kemampuan kita?
Kemampuan kita tentunya sebanding dengan kebiasaan amal yaumiah, dan keinginan kita untuk bisa berinteraksi dengan Al Quran sebaik mungkin. Jangan lupa, Allah tidak hanya mengukur amal dari kuantitas, namun juga kualitas. Jadi jangan pernah menyepelekan orang lain sekiranya dia memilih jenis interaksi berbeda dengan kita. Cukuplah kita memiliki pengetahuan bahwa semuanya adalah PENTING dan UTAMA.

Kesimpulan :

1. Semua jenis interaksi harus menjadi target untuk kita kerjakan

2. Tidak boleh meremahkan orang lain yang fokus berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan yang kta lakukan karena semuanya memiliki keutamaan masing-masing.

3. Melaksanakan interaksi dengan Al Quran sesuai dengan kemampuan kita yang terbaik dalam ikhtiar

4. Terus menjaga dan memperbaiki kuantitas serta kualitas interaksi Al Quran

Semoga Ramadhan ini menjadi sarana tarbiyah bagi kita, agar kuantitas dan kualitas ibadah bisa istiqomah ke depannya.

Oleh : M Faizal Ramadhan, Dirut MQSU 2012-2013

Sumber hadist :

http://www.bersamadakwah.com/2011/03/hadits-20-beramal-sesuai-sunnah-tidak.html

 

Tags: , , , ,

Qur’an, Temanku Pengisi Waktu

Oleh Imamul Muttaqin,

Image

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seseorang dituntut untuk memiliki kondisi diri yang prima sehingga segala kegiatan dapat dijalani dengan baik. diri manusia terdiri dari tiga aspek yaitu jasad, akal, dan ruh. kondisi yang prima seutuhnya akan terbentuk dari kekuatan jasad, kecerdasan akal, dan kestabilan ruhiyah. aspek yang disebut terakhir menjadi yang utama karena dengan keterbatasan jasad dan akal, ruh menjelma sebagai faktor penentu bagi kondisi seseorang. saat jasad kehabisan tenaga serta akal kehilangan kejernihannya, kestabilan ruhiyah akan berbicara untuk me-recover dan mengembalikan ketangguhan pribadi.

Interaksi dengan quran adalah sarana yang penting dalam penjagaan kestabilan ruhiyah. bentuk interaksi dengan quran yang paling sederhana adalah tilawah, yaitu membacanya. meskipun tampak sederhana namun efek yang timbul bukan sesuatu yang remeh. lagipula pada prakteknya ternyata tidak mudah untuk tetap konsisten dalam  tilawah quran. kadang muncul pertanyaan, kapan waktu untuk tilawah sedangkan tugas lain begitu banyak? ini adalah tantangan dalam menyiasati waktu. sesungguhnya kondisi kesibukan itu akan terus ada sepanjang hidup bahkan semakin lama agenda kesibukan akan semakin bertambah. ini masalah komitmen. jangan mencari pembenaran atas lemahnya komitmen dengan berlindung di balik was-was syetan berupa alasan sibuk, tidak sempat, acara padat, dan lain-lain.

biasakanlah untuk memiliki bacaan quran harian. pancang dan penuhi targetan jumlah tilawah setiap harinya. ukur kemampuan diri agar bisa konsisten. tilawah satu halaman dalam satu hari yang berkelanjutan lebih baik daripada tilawah dua halaman tapi bolong-bolong serta tidak konsisten, hari ini iya, lusa tidak, kemarin terpenuhi target, besok tidak, dan seterusnya. kemudian lambat laun ditingkatkan secara bertahap sehingga bisa mencapai ideal satu juz dalam sehari. tapi sekali lagi, intinya adalah bacaan harian. yang diminta adalah satu juz perhari, bukan tiga puluh juz sebulan. jika targetnya sebatas tiga puluh juz sebulan, bisa saja hari ini tidak tilawah kemudian besok ditombok jadi dua juz.

kembali disinggung di sini bahwa pada prakteknya tidak mudah untuk konsisten dalam tilawah harian. bahkan ‘semudah’ apapun targetan tersebut tetap saja tidak lepas dari goyah. perlu dilakukan penyiasatan agar tagetan harian terpenuhi dan berkelanjutan. beberapa strategi yang dapat dipakai sebagai kiat menjaga tilawah antara lain:

pertama, selalu membawa mushhaf. hal ini akan memudahkan dalam pemenuhan target. jika suatu ketika tiba-tiba mendapatkan keluangan waktu yang tidak direncanakan maka dapat langsung tilawah. selain itu, akan juga timbul rasa malu dan sayang jika sudah repot-repot membawa mushhaf tapi tidak dibaca.

kedua, porsikan waktu yang memang khusus untuk tilawah.jangan memberikan waktu ‘sisa’ untuk quran. maksudnya jangan tilawah sesempatnya sehingga jika tidak sempat maka tidak tilawah. berikan waktu wajib tilawah dalam rangkaian agenda harian. misalnya setiap selesai sholat atau saat jam-jam tertentu. waktu khusus tersebut jangan diganggu-gugat. jika ada yang mengajak berkegiatan lain saat itu, katakan dengan tegas “maaf, ini waktu saya untuk tilawah”.

ketiga, cari tempat, suasana, dan waktu yang dirasa nyaman untuk tilawah. hindari kondisi yang membuat malas untuk membaca quran. tiap pribadi memiliki kecenderungan berbeda terkait suasana ini. ada yang nyaman tilawah pada waktu sepertiga malam, ada yang sehabis shubuh, ada juga yang menikmati tilawah saat tengah hari. ada yang suka tilawah di masjid, ada yang sambil berbaring di kamar, ada juga yang senang tilawah di depan pemandangan.

keempat, jika lalai memenuhi target pada hari itu, lakukan qadha. misalnya target adalah dua halaman, tetapi hari ini dengan benar-benar terpaksa hanya bisa tilawah satu halaman, maka esoknya harus membaca tiga halaman. dengan demikian akan muncul perasaan ‘berat’ saat meng-qadha sehingga terpacu untuk tetap memenuhi target harian. namun jangan jadikan qadha sebagai kebiasaan. jangan menganggap remeh saat satu hari tidak memenuhi target tilawah.

kelima, berusaha memperlancar tilawah (balajar tahsin) sehingga tidak berat melakukannya. selain itu sebenarnya cara paling efektif untuk memperlancar bacaan adalah justru dengan sering membaca. jarang membaca malah akan membuat ‘lidah menjadi tebal’ sehingga susah melafalkan ayat-ayat. tapi tidak lancarnya membaca jangan jadi alasan untuk tidak tilawah. bukankah bagi yang terbata-bata dalam membaca quran mendapat dua pahala?!

Orang yang pandai membaca Al Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. [HR Bukhari dan Muslim]

keenam, cari komunitas yang mendukung. contohnya adalah kelompok mentoring. selain di sana bisa saling mengingatkan dan memotivasi, mentoring juga dapat memacu pemenuhan target. misalkan jika ada yang belum memenuhi target tilawah pribadi dikenai ‘hukuman’ tidak boleh pulang usai mentoring sebelum menyelesaikan targetannya.

ketujuh, rajin mengikuti majelis dan kajian quran. dari sana akan diperoleh pemahaman, wawasan, dan urgensi interaksi dengan quran. sudah menjadi karakter manusia dimana ketertarikannya akan tumbuh jika ia mengetahui kegunaan dari sesuatu tersebut terutama bagi dirinya. hal ini dapat memberi dan menjaga semangat dalam tilawah.

kedelapan, perbanyak amal dan jauhi maksiat. setiap amal shaleh akan memberi energi untuk melaksanakan amal shaleh lainnya (termasuk membaca quran). sedangkan maksiat yang satu akan melahirkan maksiat yang lainnya (termasuk menjauhi quran).

kesembilan, berdoalah kepada empunya quran, Allah. mohon keistiqomahan dalam berinteraksi dengan quran. karena kedekatan dengan quran adalah nikmat dariNya.

kesemuanya itu harus dilakukan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh sehingga kemudian tilawah menjadi kebutuhan pribadi. tanda-tanda sudah terlatih adalah jika hari itu belum tilawah akan muncul perasaan gelisah dan merindukan membaca quran. jika bertanya lagi tentang manfaatnya, bukankah pahala membaca quran adalah pahala yang paling mudah didapat?!

Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat. [HR Tirmidzi]

sumber 

 

Tags: , , ,

Keutamaan Tadarus Al Quran

Image

Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan kehadirannya oleh setiap Muslim. Bulan yang sangat sarat dengan amal kebajikan dan pahala yang melimpah. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai bulan panen raya. Pada bulan ini, segala amal kebajikan pahalanya dilipatgandakan, sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Sabda Nabi SAW., “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya) : satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah berfirman,”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)

Di antara amal kebajikan yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan adalah tadarus Al-Quran. Tadarus Al-Quran berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu Allah SWT yang turun pertama kali pada malam bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 185) Dengan tadarus Al-Quran, kandungan hikmah yang termuat dan terkumpul di dalam Al-Quran dapat menjadi kompas penunjuk jalan menuju kebenaran.

Malaikat Jibril menyimak tadarus Al-Quran Rasulullah setiap bulan Ramadhan. Utsman bin Affan biasa mengkhatamkan tadarus Alquran setiap hari sekali. Imam Syafii mengkhatamkan tadarus Al-Quran sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadhan, Al-Aswad setiap dua hari sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali, serta tiap malam pada sepuluh malam akhir bulan Ramadhan. Subhanallah.

Terkait larangan Nabi SAW. mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya larangan dari Nabi SAW. untuk mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari berlaku jika dilakukan secara rutin. Adapun untuk waktu-waktu yang utama, seperti bulan Ramadhan, lebih-lebih pada malam-malam Lailatulkadar, atau di tempat-tempat yang dimuliakan, seperti di Mekah bagi orang yang memasukinya, selain penduduknya, adalah disunahkan untuk memperbanyak tadarus Alquran. Hal itu dalam rangka mencari keutamaan waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishak, dan yang lainnya.” (Raghib As-Sirjani dan Muhammad Al-Muqaddam dalam bukunya Madrasah Ramadhan)

Al-Quran disebut sebagai “Ma`dubatullah” (hidangan Allah SWT.), sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka kalian terimalah hidangan-Nya itu semampu kalian.” (HR. Hakim)

Sungguh, Al-Quran merupakan suatu hidangan yang tidak pernah membosankan. Semakin dinikmati, semakin bertambah pula nikmatnya. Oleh karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Quran akan semakin bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, mempelajarinya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.

Tidak heran, jika Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya untuk senantiasa bertadarus Al-Quran. Ada banyak keutamaan dalam tadarus Al-Quran.

  • Pertama, menjadi sebaik-baiknya manusia. Tidak ada manusia yang lebih baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Alquran. Oleh karena itu, profesi pengajar Al-Quran – jika dimasukkan sebagai profesi – adalah profesi terbaik di antara sekian banyak profesi. Sabda Nabi saw., “Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
  • Kedua, memperoleh kebaikan berlipat. Sabda Nabi SAW., “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
  • Ketiga, memberi syafaat di hari kiamat. Sabda Nabi SAW., “Bacalah olehmu Al-Quran karena sesungguhnya Al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
  • Keempat, dikumpulkan di surga bersama para Malaikat. Sabda Nabi SAW., “Orang yang mahir membaca Al-Quran kelak (mendapat tempat di surga) bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Sementara orang yang kesulitan dan berat jika membaca Al-Quran, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Kelima, mengangkat derajat. Nabi SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Alkitab (Al-Quran), dan Ia akan merendahkan derajat suatu kaum yang lain dengannya.” (HR. Muslim)
  • Keenam, menjadi pembeda. Sabda Nabi SAW., “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah limau yang harum baunya dan lezat rasanya. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah kurma yang tidak berbau, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran seperti buah yang harum baunya, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah handhalah yang tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tadarus Al-Quran merupakan amalan mulia yang dianjurkan Nabi saw., terutama pada bulan Ramadhan. Untuk itu, jangan biarkan bulan Ramadhan kali ini berlalu tanpa tadarus Al-Quran.

Wallahualam.***

[Ditulis oleh IMAM NUR SUHARNO, pengurus MUI. Maniskidul dan Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat. Disalin dari Harian Umum “PIKIRAN RAKYAT” Edisi Jumat (Pon) 13 Agustus 2010 dari kolom “RENUNGAN JUMAT”] –

Sumber http://puasaramadhan2011.blogspot.com/2011/06/keutamaan-tadarus-al-quran.html#sthash.bFRK7pLw.dpuf

 
1 Comment

Posted by on 11 July 2013 in Tilawah

 

Tags: , , , ,

Tips Menjaga Interaksi dengan Al Quran

Salah satu materi dari Ust Agus Subagio dalam Mukhoyyam Quran kedua, setelah sebelumya digelar di Masjid Al Irsyad Padalarang, yang digelaroleh MQSU kemarin (pertama di IT Telkom, red) judulnya adalah langkah-langkah untuk berinteraksi dan menguatkan interaksi dengan Al-Qur’an.

Image

Jadi, ada tujuh langkah untuk berinteraksi dan menguatkan interaksi dengan Al-Qur’an, yaitu :

1. Ar-Roghbah

“Ar-Roghbah” diartikan sebagai kemauan yang keras. Kemauan untuk bersama dan berinteraksi terus dengan Al-Qur’an. Kemauan ini harus diungkapkan dan dituliskan. Misalnya saja menuliskan target tilawah (membaca, red) Al-Qur’an 1 juz per hari, target muroja’ah (mengulang hapalan, red) 1 juz per hari, dan target ziyadah (tambahan hafalan, red) 1 halaman per hari di buku rencana kita.

Ada beberapa penyebab rendahnya “Ar-Roghbah” berinteraksi dengan Al-Qur’an, seperti:

a. Keimanan yang lemah

b. Sangat cinta dunia.

Betapapun sibuknya kita, jika memiliki kemauan yang keras pasti akan selalu ada waktu yang kita sisihkan. Walaupun itu pada akhirnya mengorbankan waktu-waktu yang dengan kita sendirinya sadari tidak terlalu bermanfaat semisal menonton TV. banyak berbicara dengan teman, dls.

Kemauan yang keras juga akan memicu bantuan dari Allah yaitu dibukakan jalan berupa kelapangan waktu, tenaga dan kesempatan. Masih ingat bukan pepatah juga mengatakan, “Man Jadda, Wajada”

Bagaimana menjaga kemauan kita agar tetap kuat? 

Naik turunnya kemauan adalah hal manusiawi seiring keimanan yang kita miliki. Namun itu juga bergantung seberapa besar nilai Al Quran dalam diri kita. Sahabat Rasul sampai mengatakan bahwa Al Quran lebih baik dari apa-apa yang dikumpulkan oleh para pencari dunia. Jadi tinggikan nilai Al Quran dalam diri kita

2. At-Tanfidz

“At-Tanfidz” diartikan sebagai aksi/tindakan. Ar-Roghbah saja tidak cukup, harus berlanjut ke AKSI. Make the willingness real.

Jadi, apa yang telah dituliskan tadi diaplikasikan, dilakukan. Kemudian didukung dengan banyak mendengar murotal Qur’an, perbanyak koleksi murottal dengan berbagai Qori, membaca buku tentang Al-Qur’an.

Ikut komunitas dan membentuk komunitas tahsin dan tahfizh juga salah satu cara ampuh karena interaksi dengan Al Quran itu akan lebih kuat jika bersama-sama.

Kisah Umar bin Khattab dan Al Walid bin Mughiroh

Umar yang mati dalam hidayah Islam dan Al Walid dalam kekafiran memiliki kisah menarik untuk kita simak.

Umar masuk Islam ketika mendengar saudarinya membaca Quran surah Ath Thaha. Mendengar alunan penuh makna yang indah ia langsung bertanya, “Apa yang engkau baca itu?”. Tak puas mengetahuinya ia menemui Rasulullah dan saat itulah juga ia bersyahadat kemudian.

Lain halnya kisah hidup Al Walid, seorang penyair yang terkenal karena menguasai berbagai jenis syair di dunia. Ia diutus kaum kafir untuk membujuk Rasul mengehentikan dakwahnya. Dengan kemampuan speaking-nya dia menghadap rasul dan menanyakan “Apa yang engkau kehendaki, Muhammad?”

Ketika ditawari harta, tahta maupun wanita Rasul hanya menjawab dengan salah satu bagian surah dalam Al Quran. Al Walid lantas terhenyak. Pertama kali ia mendengar makna indah seperti itu. Tak mungkin ia tak lantas masuk Islam. Ia masih berminat menimbang-nimbang. Akhirnya di perjalanan ia bertemu kawan-kawannya dari kafir Quraisy dan kekagumannya pun hilang. Akhirnya dia tidak jadi masuk Islam dan bahkan menganggap Al Quran berisi sihir belaka.

Dari dua kisah tersebut kita bisa menarik kesimpulan. Ketika kita menunda-nunda boleh jadi nikmat iman dan islam kita akan perlahan terkikis oleh waktu dan keadaan. Karena seyogyanya penundaan kebaikan akan hanya bermuara pada dua hal :

1. tidak jadi berbuat

2. penurunan kualitas dalam berbuat

Maka mari segerakan kita mengambil langkah sigap.

Alangkah indah nasihat Ibnu Umar: “Jika di waktu sore maka janganlah menunggu datangnya pagi, jika di waktu pagi jangan menunggu datangnya petang, gunakan waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, gunakan kesempatan hidupmu sebelum datang kematianmu.”

3. At-Tashobbur

“At-Tashobbur” diartikan sebagai menyabarkan-nyabarkan diri. Artinya lebih dalam dari sekedar “sabar”. Tidak hanya “sabar”, tapi “menyabar-nyabarkan” diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Terkadang perlu untuk memaksa diri berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam porsi yang besar. Kemudian tidak “melarikan diri” darinya. Jika kita memiliki batas kesabaran maka kita akan lampaui batas itu dan berusaha meningkatkannya.

Demikian pula ketika dalam menghafal, tidak meloncati suroh yang akan dihapal karena dianggap sulit merupakan sikap at tashobur.

Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).”

(QS. Al-Insyiqoq : 19)

 

Ada tips untuk menghapal suroh yang sulit itu. Pindahkan fokusnya pada waktu. Misalnya “saya akan bersama Suroh Al-Jin selama 1 jam.” Tidak perlu membebani pikiran bahwa 1 jam itu mesti hapal, tapi rutin saja lakukan itu dulu. InsyaAllah ketika sudah familiar dengan surohnya, akan mudah terhapal.

4. At-Taladzudz

“At-Taladzuz” diartikan sebagai menikmati. Ketika sudah menyabarkan diri bersama Al-Qur’an dengan porsi yang besar, memenuhi targetannya, maka yang awalnya terasa sulit, akhirnya menjadi “menikmati” semuanya.

5. Al-Mudawamah

“Al-Mudawamah” diartikan sebagai terus-menerus bersama Al-Qur’an. Karena telah terasa nikmatnya bersama Al-Qur’an, maka tidak akan rela jika satu hari pun terlewat bersamanya. Langkah ini adalah langkah penting sebagai bentuk syukur nyata kita telah diberi kenikmatan iman dan islam, serta kelapangan waktu, kesehatan dan segala hal sehingga memungkinkan untuk terus berinteraksi dengan Al Quran

6. Al-Iktsaar

“Al-Iktsaar” diartikan sebagai banyaknya waktu yang digunakan untuk bersama Al-Qur’an. Waktu menjadi produktif bersama Qur’an. Jadi, jika dipoin ke-5, frekuensi berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah terus-menerus, maka di poin ini, kuantitasnya diperbanyak.

Bagaimana menyikapi pandangan, “buat apa tilawah banyak, yang penitng dipahami. Buat apa hafal banyak yang penting implementasi,” dan semacamnya?

1. Jangan bercita-cita di salah satu target interaksi saja. Bahkan apabila sudah hafal 30 juz sekalipun. Mimpi  dan usaha kita harus menyeluruh. Dari mulai membaca, menghafal, mentadabburi dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun keterbatasan kta tidak bisa dipungkiri. Ada yang memilih fokus pada tilawah dahulu dirutinkan  dan diperbagus tahsinnya, baru mulai menghafal. Ada yang mulai dari mentadabburi baru menghafal. Yang mana saja boleh, sesuai kemampuan kita masing-masing

2. Jangan pernah kita menganggap remeh aktivitas interaksi lain. Sehingga muncul sikap negatif terhadap orang lain yang baru mulai belajar tahsin, atau baru membiasakan tilawah, atau memilih menghafal walau belum sempat secara intensif mengkaji tafsirnya. Karena boleh jadi kita hanya menilai orang lain sementara kita sendiri belum bisa melaksanakannya.

7Al-Istiqomah

Ternyata poin istiqomah berada di akhir. Ya, karena sulitnya untuk istiqomah ini dan untuk menjadi istiqomah diperlukan waktu yang cukup panjang dan setelah melewati berbagai tahapan. Istiqomah, dengan kemantapan hati berinteraksi dengan Al-Qur’an baik itu membaca, menghapal, membaca tafsir, dan mengamalkannya dalam kehidupan hingga Allah SWT memanggil kembali pada-Nya.

Semoga kita bisa perlahan namun pasti mengamalkan langkah-langkah di atas dan seperti langkah terakhir – ISTIQOMAH- untuk terus mengamalkannya.

Sumber Referensi :

[1] : Materi Mukhoyyam Al Quran 2013, oleh Ust Subagiyo di Masjid Syamsul ‘Ulum IT Telkom

[2] : http://utikawaii.wordpress.com/2013/01/

 

Tags: , , ,

MENGAPA KITA HARUS MEMBACA AL-QUR’AN ?

"Obat terbaik untuk jiwa dan sanubari"

Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Apa kabar sahabat MQ ? Pastinya selalu luar biasa. Lama sudah kita tidak berinteraksi melalui media tulisan ini, Alhamdulillah setelah terbentuknya kepengurusan MQSU IT Telkom 2011/2012 kita dapat berjumpa kembali setelah sekian lama tidak bertemu dan saling berbagi ilimu. Untuk mengawali perjumpaan kita, kami ingin sedikit berbagi mengenai “Mengapa Kita Harus Membaca Alqur’an ?” karena di jaman yang serba moderen ini banyak saudara kita yang kurang mentadaburi Al-Qur’an.

Al – Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah yang diwahyukan kepada Nambi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.membacanya merupakan ibadah yang agung dan sumber ketenangan yang hakiki. Semakin banyak kita membaca Al-Qur’an akan semakin haus hati kita.Tidak pernah menjemukkan dan menjenuhkan, kevuali bagi mereka yang hatinya lalai.
Di dalam Al-Qur’an terdapat hidayah dan kabar gembira bagi orang yang bertakwa, serta sebagai penawar, obat dan rahmat bai kaum beriman. Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an selalu didepannya niscaya Al-Qur’an membawanya menuju surga. Dan barang siapa menjadikan Al-Qur’an dibelakangnya,niscaya Al-Qur’an akan menyeretnya kedalam neraka.Al-Qur’an adalah sumber kemuliaan, kebahagiaan dan ketinggian martabat kaum muslimin di dunia dan akhirat. Allah SWT memuliakan kita dengan banyak pahala , berkah, dan keutamaan saat membacanya.Al-Qur’an adalah zikir paling utama dibandingkan zikir – zikir yang lainnya. Karena itu, seyogyanya setiap muslim selalu membaca dan menjaganya dalam setiap keadaan.

Sahabat MQ yang luar biasa marilah kita bersama – sama saling mengingatkan dan memberi semangat kepada saudara – saudara muslim kita untuk selalu mengagungkan Al-Qur’an. Semoga bermanfaat ^_^

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

==========================      MQSU IT TELKOM 2011/2012       ======================

Sumber : Rangkuman yang disusun oleh Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah disunting oleh Abdurrahman Al-Wasithy penerbit Az-Zahra Media Tama Solo

 

Tags: , , , ,